Lebih Mulia Dari Pengikut Isa

Oleh: Habib Assalam
Sumber: Oase, eL-Ka hal. 32, Sabili No. 12 TH. XV 27 Desember 2007 / 17 Dzulhijjah 1428

Wahid bin Ward meriwayatkan, suatu saat Nabi Isa berjalan bersama seorang pengikutnya dari kalangan Bani Israil. Di dekat tempat mereka berjalan, ada seorang perampok yang bersembunyi di sebuah benteng. Ketika sang perampok melihat kedua orang itu, terbetik dalam hatinya ingin bertaubat. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Itu adalah Nabi Isa. Satunya lagi pengikut setianya. Sedangkan aku ini siapa, wahai diri yang hina? Seorang perampok Bani Israil! Engkau menyamun di jalan! Engkau merampas harta benda! Engkau menumpahkan darah!”

Pria itu lalu turun menemui mereka dengan tekad kuat hendak bertaubat. Setelah mendekat, ia berkata lagi pada dirinya sendiri, “Kau ingin berjalan bersama mereka? Engkau tidak pantas melakukannya! Berjalanlah layaknya orang yang bersalah penuh dosa!”

Pengikut Nabi Isa lalu menoleh dan mengetahui siapa pria yang ada di belakangnya. Ia berkata dalam hati, “Lihatlah orang jahat dan sengsara ini. Bagaimana ia berjalan di belakang kami.”

Setelah itu, Allah menurunkan wahyu pada Nabi Isa: “Kesalahan perampok itu telah diampuni semua, sebab penyesalan dan taubatnya. Sedang pengikut setianya, amalnya telah gugur karena rasa kagum pada diri sendiri, serta pelecehannya terhadap perampok yang bertaubat itu.”

*****
…Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki,…
(QS Ali Imran [3]: 129)

Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki…
(QS Ibrahim [14]: 4)

Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya.
(QS ar-Ra’d [13]: 27)

…Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki…
(QS an-Nur [24]: 35)

…Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
(QS al-Hajj [22]: 18)
*****

Leave a comment